Bagi banyak pasien, alopecia areata lebih dari sekedar masalah kosmetik. Meskipun sudah lama ada dugaan bahwa rambut rontok mungkin ada hubungannya dengan depresi, sebuah penelitian baru mengonfirmasi hubungan tersebut.

Menurut penelitian terbaru, sejumlah besar pasien berurusan dengan rambut rontok juga mengalami gejala depresi. Di blog ini, kita akan mengeksplorasi studi terbaru dan pentingnya mengatasi aspek kesehatan fisik dan mental dari kerontokan rambut.

Lebih dari Sepertiga Penderita Alopecia Areata Mengalami Gejala Depresi

Studi terbaru mengenai aspek kesehatan mental dari rambut rontok mengungkapkan bahwa antara 7-17% pasien menderita gangguan depresi atau kecemasan. Lebih dari sepertiganya juga mengalami gejala kesehatan mental.

Penelitian baru ini didasarkan pada studi tahun 2021 yang pertama kali mengungkap hubungan antara rambut rontok dan depresi. Namun, penelitian terbaru melihat secara lebih komprehensif hubungan tersebut, dengan menekankan sifat dua arah: depresi tidak hanya dapat menyebabkan kerontokan rambut, namun kerontokan rambut juga dapat menyebabkan depresi.

Lebih dari enam juta orang dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka yang didiagnosis dengan gangguan depresi mayor memiliki peningkatan risiko kerontokan rambut sebesar 90%. Mereka yang mengalami kerontokan rambut ditemukan memiliki peningkatan risiko sebesar 34% terkena gangguan depresi mayor.

Implikasi dari temuan ini sangat besar, menunjukkan bahwa rambut rontok dan kesehatan mental mempunyai keterkaitan yang erat. Hal ini menyoroti perlunya para profesional medis untuk mempertimbangkan kesejahteraan fisik dan emosional ketika merawat pasien dengan alopecia areata, serta pemahaman yang lebih luas tentang interaksi kompleks antara penampilan dan kesehatan mental.

Apa itu Alopesia Areata?

Alopecia areata adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan rambut rontok sedikit-sedikit. Seiring berjalannya waktu, bercak-bercak ini mungkin akan menyatu dan menjadi lebih terlihat, namun dampak keseluruhannya sangat bervariasi antar pasien. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menargetkan dan menyerang folikel rambut, sehingga menyebabkan rambut rontok.

BACA  Kisah Nyata, Transformasi Nyata: Kisah Sukses Klien

Meskipun alopecia areata dapat menyerang siapa saja, penyakit ini paling sering berkembang pada masa kanak-kanak atau remaja. Sekitar setengah dari mereka yang mengalami kondisi ini akan melihat rambutnya tumbuh kembali dalam waktu 12 bulan, tanpa memerlukan perawatan khusus apa pun.

Sifat pertumbuhan kembali rambut tidak dapat diprediksi. Bagi sebagian orang, rambut mungkin tumbuh kembali secara permanen. Orang lain mungkin mengalami siklus di mana rambut tumbuh kembali dan kemudian rontok lagi. Pola kerontokan dan pertumbuhan kembali rambut yang tidak dapat diprediksi ini mungkin akan berlanjut selama bertahun-tahun.

Mengobati Gejala Fisik dan Mental Rambut Rontok

Mengenai rambut rontok, bukan hanya penampilan fisik saja yang terpengaruh; ada aspek mental dan emosional juga.

Secara fisik, ada beberapa jalan untuk dijelajahi. Perawatan yang dijual bebas, seperti minoxidil, efektif dalam meningkatkan pertumbuhan rambut atau memperlambat kerontokan rambut. Namun, selalu ingat untuk berkonsultasi dengan dokter kulit sebelum melakukan perawatan apa pun.

Sisi emosional dan mental dari rambut rontok juga tidak bisa diabaikan. Banyak dari mereka yang merasa terhibur dengan mencari konseling atau terapi, sehingga mereka dapat memperoleh strategi mengatasi masalah, dan mendapatkan dukungan dalam lingkungan yang aman. Bergabung dengan kelompok dukungan, baik online maupun offline, juga dapat memberikan rasa kebersamaan, karena berbagi pengalaman sering kali meringankan beban.